Yuukkk.. Eksplore Skouw Lewat Festival Tokok Sagu dan Port Numbay
JAYAPURA RadarPagiNews – Suara kicauan burung cenderawasih dan tabuhan lembut suara tifa mengiringi gerakan gemulai namun menghentak dari delapan penari Sanggar Anggrek Papua.
Para penari ini membawakan sendra tari yang mengisahkan perlindungan hutan sagu di wilayah Tabi yang mulai habis tergerus. Mengangkat kisah anak – anak negeri Papua yang harus melindungi pohon sagu dengan aturan adat yang mengikat. Namun sayang dengan perkembangan jaman, hutan sagu mereka tergerus dan hutan sagu ditebang.
Gerak tarian empat pasangan muda – mudi ini membuat decak kagum para peserta Raker Kormil VI yang melihat kelincahan mereka menari. Rabu sore (21/6/2023), usai melihat perbatasan RI – PNG di Wutung, para walikota se wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua itu menuju Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami untuk mengikuti pembukaan Festival Tokok Sagu sebagai side event Festival Port Numbay 2023 yang juga bakal dihelat di dua kampung lainnya Skouw Mabo dan Skouw Sae.
Pada dua Festival ini masyarakat diajak mengeksplore tiga kampung Skouw yang selama ini belum tergali, padahal mempunyai banyak potensi.
Seperti kata Pj Walikota Jayapura Frans Pekey mengatakan bahwa Festival Tokok Sagu ini akan menjadi agenda rutin tahunan Pemerintah Kota Jayapura dan Kampung Skouw Yambe akan di dorong menjadi Pilot Project Dusun Sagu.
“Sagu sebagai sumber kehidupan, termasuk bagi masyarakat timur Indonesia. Karena itu memiliki peran dan nilai yang tinggi. Berbagai olahan bernilai ekonomis dapat diproduksi dari sagu,”kata Pekey.
Lanjutnya saat ini kondisi di berbagai daerah termasuk juga di wilayah Tabi, dusun sagu semakin habis, sehingga keberadaannya terancam punah.
Oleh karena itu penting sekali untuk kembali melestarikan hutan sagu. Agar jangan sampai 40 tahun kedepan hanya tinggal nama saja yang akan menjadi kisah bagi anak cucu kita.
“Karena itu hal ini menjadi tanggung jawab kita semua, untuk menjaga dan melestarikan hutan sagu,”tukasnya.
Festival tokok sagu ini, para walikota dari Maluku dan Sulawesi menanam sagu di wilayah Skouw Yambe, akan menjadi satu momentum sejarah di Skouw. Karena baru pertama kalinya kampung ini didatangi 13 walikota se Kormil VI dan bersama – sama melakukan aksi menanam sagu secara simbolis.
“Karena sudah ada Festival Tokok Sagu, maka kita jadikan ini sebagai agenda rutin tahunan. Tinggal bagaimana mengembangkannya secara tradisional dan jangan diganti dengan alat mesin,”pesannya
Festival tokok sagu diharapkan bisa dikemas secara lebih luas lagi dengan mengcover semuanya.
“Sehingga kalau sudah menjadi agenda tetap, agenda tahunan diharapkan Festival ini, selain bisa memberikan nilai kelestarian. Tapi juga memberikan nilai ekonomi, nilai wisata,”harapnya.
Untuk itu semua pihak diharapkan dapat berkolaborasi antara pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian bersama masyarakat adat dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Sebelumnya Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat pada Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Samsul Hadi, mengatakan melalui Festival ini kiranya membangun berbagai upaya gerakan berbasis masyarakat. Karena sagu merupakan bagian dari pangan lokal yang merupakan warisan dari leluhur di Tanah Papua.
“Saat ini terjadi penggerusan hutan sagu yang beralih fungsi. Untuk itu kami ingin mendorong potensi pangan local harus ditingkatkan,”sarannya.
Selain itu tidak hanya sagu saja yang ada di Skouw tapi ada komunitas dari Charles Toto yang juga merupakan warga lokal yang menginisiasi untuk produk sagu yang bisa dikemas untuk berbagai panganan masyarakat lokal. Ada Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa asli yang mempunyai banyak khasiat dan manfaat.
VCO ini merupakan kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata Kota Jayapura.
Untuk itu dirinya berharap pemerintah kota di wilayah VI bisa bersama bergerak bersama melestarikan dusun sagu melalui Festival Tokok Sagu dan juga Port Numbay, diharapkan dapat membangun berbagai upaya berbasis masyarakat.
Harapan Wakil Rakyat
Diantara sekian banyak para pengunjung Festival, nampak terlihat juga Anggota DPR Papua Dapil I yang juga politisi Partai Gerindra Yanni. Sontak para jurnalis langsung bertemu dengannya ketika dirinya membeli VCO di salah satu stand.
Menurutnya Festival Port Numbay merupakan suatu gebrakan dan gerakan yang luar biasa. “Memang kita harus mempromosikan potensi dan produksi dari daerah dan ini merupakan tanggung jawab dari pemerintah termasuk kami di lembaga Legislatif,”akunya.
Sebab menurutnya wilayah Tabi mempunyai potensi pertanian dan bahkan juga perternakannya. Namun diakuinya pada sector ini belum maksimal pengelolaannya.
“Jadi dengan dua Festival ini adalah langkah serta terobosan yang sangat bagus dan harus diteruskan. Jangan berhenti sampai disini saja,”harap Yanni.
Saat ini yang paling penting bagaimana pemasarannya. “Jangan tanam, produksi. Tetapi juga harus dipikirkan pemasarannya bagaimana. Ini supaya dia menjadi satu paket termasuk teknik bagaimana untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus,”himbaunya.
Dihadapan para jurnalis Yanni berjanji akan membawa informasi hal ini kepada rekan – rekannya sesama wakil rakyat di DPR Papua khususnya Fraksi yang membidangi pertanian. (Mina)