Papua dan Tantangan dalam Menanggulangi HIV/AIDS
Oleh : Kristianus Tebai, SKM, M. Kes
Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki angka penyebaran penyakit HIV/AIDS yang cukup tinggi. Menurut Data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2023, penyebaran penyakit HIV/AIDS di Papua mencapai 1,8% jauh di atas penyebaran penyakit nasional sebesar 0,3 %. Angka ini menunjukkan setiap 55 orang di Papua, terdapat 1 orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Setiap orang di Papua harus mengambil peran sekecil apapun dalam menangulangi HIV/AIDS di Papua.
Mengenal HIV/AIDS
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh manusia. HIV menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dan penyakit karena kekebalan tubuh kita dilemahkan oleh virus HIV. Sedangkan AIDS kepanjangan Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu kondisi di mana HIV sudah pada puncaknya, pada fase ini kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penyebab HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyelusup lewat :
- Hubungan seksual, baik heteroseksual, biseksual, homoseksual, secara vaginal, anal, oral dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Virus HIV/AIDS menular melalui cairan vagina, sperma, semen, air lir, dan cairan anus.
- Transfusi darah dan lewat cairan darah yang terinfeksi HIV/AIDS.
- Pemberian ASI dari ibu ke anak, selama kehamilan, persalinan, dam masa menyusui.
- Jarum suntik yang terinfeksi penderita HIV/AIDS.
Gejala Awal HIV
Gejala awal HIV/AIDS terbagi dalam dua tahap, yaitu:
Tahap awal (infeksi akut HIV)
Gejala awal terinfeksi HIV biasanya muncul 2-6 minggu setelah seseorang terinfeksi. Gejalanya mirip dengan gejala flu, seperti demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot dan sendi. Gejala awal ini berlangsung selama 1-2 minggu.
Tahap lanjut (AIDS)
Pada tahap lanjut HIV sudah merusak sistem kekebalan tubuh secara signifikan. Penderita AIDS menjadi rentan dan mudah terserang infeksi dan penyakit seperti tuberkolosis, pnenumia, infeksi jamur, sariawan, kanker, dan penyakit lainnya.
Pengobatan HIV/AIDS
Hingga detik ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun kabar baiknya ilmu kedokteran modern telah menemukan pengobatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Pengobatan ini disebut terapi antiretroviral (ARV).
ARV bekerja dengan cara mencegah virus HIV berkembang biak dengan pesat. Obat ini harus diminum setiap hari secara rutin dan dilakukan seumur hidup oleh penderita HIV.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Papua memiliki angka penyebaran penyakit HIV/AIDS yang tinggi . Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Geografi : Papua merupakan wilayah yang luas 82.60.958 km2 dan sebagian besar wilayahnya masih terisolasi . Hal ini menyebabkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, termasuk layanan penanggulangan HIV/AIDS menjadi terbatas, misalnya : puskesmas, rumah sakit daerah/swasta, dokter mandiri, dan lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan fasilitas kesehatan pemeriksaan HIV. Tidak hanya mendeteksi diri sendiri test HIV sebaiknya dilakukan bersama pasangan seksual agar dapat mengetahui status HIV diri sendiri dan pasangan sehingga dapat menghindari penularan HIV kepada orang lain. Mari kita kenali penyakitnya, ketahui status HIV kita, dan obati segera bila terkena HIV, hindari penyakitnya, bukan orangnya.
- Sosial budaya : Ada beberapa faktor sosial budaya di Papua yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS, seperti poligami, seks pranikah, dan kekerasan seksual terhadap perempuan. Ironisnya perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS di Papua banyak ditemukan pada ibu rumah tangga, melebihi kelompok pekerja seks komersial di lokalisasi pelacuran. Ini menandakan penyebaran HIV/AIDS yang cukup luas dari para suami kepada istri mereka. Budaya patriaki yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki menyebabkan penyebaran HIV/AIDS begitu pesat di kalangan perempuan.
Pemakaian kondom yang dikampanyekan Komisi Penanggulangan AIDS kepada ibu rumah tangga sebenarnya sudah dilakukan dan muncul kesadaran dari kalangan perempuan (ibu rumah tangga) untuk melakukan seks secara aman, namun kesadaran tersebut ditolak oleh pihak laki-laki yang menjadi suami mereka dengan alasan penggunaan kondom mengurangi kenyamanan. Ketika si perempuan menolak berhubungan seks dengan suaminya tanpa menggunakan kondom, dia bisa dianiaya dan mengalami kekerasan dari suaminya. Pemerintah Papua harus menganggap ini sebagai pelanggaran hukum sebagai tindakan kekerasan terhadap perempuan.
- Ekonomi : Tingkat kemiskinan di Papua masih tinggi, hal ini menyebabkan masyarakat sulit mengakses layanan kesehatan, termasuk layanan penanggulangan HIV/AIDS. Untuk itu upaya untuk mengatasi kemiskinan di Papua harus dilakukan secara berkesinambungan dan terintegrasi. Misalnya dengan memberikan masyarakat pelatihan untuk menambah keterampilan mereka agar mata mereka terbuka melihat peluang yang terdapat di sekitar tempat tinggal mereka.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi HIV/AIDS di Papua dengan berbagai cara, seperti:
- Meningkatkan akses layanan kesehatan : Pemerintah telah membangun beberapa akses layanan kesehatan di Papua termasuk fasilitas kesehatan yang memberikan layanan penanggulangan HIV/AIDS. Pemerintah juga memberikan bantuan transportasi bagi masyarakat yang ingin mengakses layanan kesehatan di luar wilayahnya.
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat :Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS, antara lain melalui sosialisasi, kampanye dan edukasi.
- Mencegah diskriminasi : Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang melarang diskriminasi terhadap ODHA. Selain itu pemerintah juga melakukan sosialisasi dan kampanye tentang pentingnya menghormati ODHA.
- Memberi pengobatan ARV (anti retroviral) : ARV adalah obat yang dapat mengendalikan HIV sehingga tidak berkembang menjadi AIDS. ARV diberikan secara gratis pada tempat layanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan HIV/AIDS. ARV efektif dalam mengurangi risikopenularan HIV, mencegah perburukan infeksi, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menekan dan menurunkan jumlah virus dalam darah penderita HIV sampai tidak terdeteksi.
Upaya-upaya tersebut telah membuahkan hasil. Penyebaran penyakit HIV/AIDS di Papua telah menurun dari 2,2% pada tahun 2008 menjadi 1,8% pada tahun 2023, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam penanggulangan HIV/AIDS di Papua. Pemerintah dan semua elemen (masyarakat dan swasta) di Papua harus terus meningkatkan upaya-upayanya untuk mengatasi tantangan dalam menurunkan penyebaran penyakit HIV/AIDS di Papua. Ayo Papua pasti bisa menang melawan HIV/AIDS. (Penulis adalah Direktur RSUD Intan Jaya)