Lagu Gregorian Harta Kekayaan Gereja Katolik
Bincang - Bincang Bersama Allesandro Andriano Egbertus Pinangkaan, S.Fil., M.Pd.
JAYAPURA RadarPagiNews – Pendiri Viri Gregoriani Musica Sacra, yakni schola nyanyian Gregorian pria di Keuskupan Manado (26 Desember 2018) dan Magister Komunitas Viri Gregoriani Musica Sacra (2018- sekarang). Dalam Komunitas Viri Gregoriani Musica Sacra dibentuk juga Pueri Cantores Musica Sacra (sejak 26 Desember 2019) untuk anak laki-laki, dan untuk anak perempuan (sejak 26 Desember 2023) Allesandro Andriano Egbertus Pinangkaan, S.Fil., M.Pd bersama Pater Harry Singkoh MSC menjelaskan nyanyian Gregorian sebagai nyanyian utama dalam perayaan liturgi dalam konstitusi liturgi yang tertuang dokumen sacrosanctum concillium nomor 116 sudah dikatakan disana bahwa nyanyian gregorian adalah nyanyian resmi/nyanyian utama sebagian nyanyian yang dipakai dalam liturgi gereja Katolik Roma dan untuk itu kalau tidak ada pertimbangan – pertimbangan yang penting sebagaimana dikutip disitu hendaknya nyanyian gregorian ini menjadi nyanyian yang diutamakan dalam perayaan – perayaan liturgi.
“Jadi basis utama kita nyanyian gregorian. Untuk perayaan liturgi itu sendiri. Karena tujuan utamanya nanti keselamatan. Karena liturgi pengudusan umat beriman. Memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman. Karena itu, nyanyian gregorian menjadi nyanyian suci. Syairnya saja adalah kata – kata kitab suci dan itu menjadi ciri bahwa ini adalah nyanyian yang membawa keselamatan. Karena pada dirinya sudah suci,”jelasnya kepada media. Selasa (7/1/2025) disela – sela kegiatan pelatihan PS Gregorian dan Lagu Etnik Kepada Para Pelatih yang diselenggarakan LP3K Provinsi Papua.
Lanjutnya soal pemahaman yang minim bisa benar dan juga tidak. Hanya saja secara umum tidak diberikan perhatian dalam pendidikan. Pendidikan kalau dilihat dalam pendidikan agama, kurikulumnya tidak kesitu. Walaupun mungkin ada, tetapi disinggung sangat kecil. Kalau dari segi pemahaman mungkin kena di pendidikan. Tetapi ada kelompok umat awam dan juga biarawan yang di tempat tertentu mengusahakan gregorian ini tumbuh dan hidup dalam liturgi.
“Misalnya kami kelompok Viri Gregoriani Musica Sacra di Keuskupan Manado yang dibawah binaan langsung musica sacra Indonesia dipimpin Pastor Harry Singkoh MSC. Beliau bersama kami di grup ini. Beliau adalah lulusan Pontivisio Institutio de Musica Sacra di Roma, yang memang belajar Mayornya beliau adalah nyanyian gregorian,”terangnya.
Sebagai grup Gregorian di Keuskupan Manado berusaha untuk mengembangkan nyanyian gregorian. Baik dirinya sendiri studi dalam kelompok. “Akan tetapi kami melakukannya dalam pelayanan – pelayanan liturgis kami di Perayaan Ekaristi, perayaan liturgi lain, Salve, sespare. Itu kami belajar dan mengungkapkan kerinduan kami serta memperdalam pengetahuan kami di bidang nyanyian gregorian,”terangnya.
Diakuinya secara umum pemahaman umat di kalangan gereja katolik kurang memahami soal lagu gregorian. Akan tetapi ada kelompok yang belajar dan mengembangkannya. “Upaya kami dari kelompok – kelompok tertentu itu, untuk mengangkat nyanyian gregorian itu sebagai nyanyian khas gereja kita dan kita bangga karena itu,”tuturnya.

Puji Antusias Para Peserta Pelatihan
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari kepada para pelatih PS Gregorian LP3K Provinsi Papua. Dirinya memuji antusiasme para peserta yang dari Kota/Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi dan Keerom. Sandro mengungkapkan ternyata para peserta punya kerinduan yang besar untuk berbangga terhadap nyanyian rohani Katolik ini.
“Nyanyian ini wauw dan memang satu suara. Tetapi ternyata sangat kaya dan ini saat pelatihan mereka melihat ada insiden (masukkan-red) baru buat mereka. Pelatihan ini juga bukan hanya menyanyi. Tetapi mereka belajar dan memang bekerja. Jadi ada soal dan dikerjakan. Ini luar biasa prosesnya dan saya sendiri merasa syukur kepada Allah, bahwa sampai pada momen ini para peserta terlibat aktif dan antusias. Semoga hal itu menunjukkan bahwa gereja di Papua ini ingin menggali dan mengangkat harta kekayaan iman, yang pasti bagi mereka sendiri akan membawa keselamatan,”ujarnya.
Untuk itu dalam tindak lanjutnya. Dirinya akan mendorong supaya nyanyian gregorian ini, jangan hanya habis di Pesparani. Tetapi dibawa dalam liturgi. Karena memang hakikatnya disitu.
Ketika itu dibawakan ke dalam liturgi dan dipresentasikan dalam suatu ibadah. Terutama ekaristi dengan baik dan benar. Pasti akan membawa keselamatan. Karena hati umat terangkat kepada Tuhan dan disitu sebenarnya inti/sursum corda/mari mengangkat hati kepada Tuhan. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan. “Dan itu adalah intinya,”imbuhnya.

Harus Ada Pelatihan Tingkat Lanjutan
Dari pelatihan ini Sandro mengaku dirinya ingin mendorong dalam pelatihan. Dimana ada enam pokok. Pertama introduksi, yang mana semakin mengenal nyanyian gregorian. Lewat dasar – dasar nyanyian gregorian.
Kemudian semakin memahami, mendalami nyanyian gregorian. Mulai dari bahasa latin itu sendiri yang terbatas pada cara pengucapannya. Kemudian sampai pada memahami iktus/teori – teori yang harus dipahami, transporsisi dan transkrip ke notasi angka. Disitu akan dipelajari pengelompokkan neuma/notasinya. Dua, tiga dan disini terlihat para peserta aktif.
“Kita bisa lihat bahwa secara pemahamannya. Secara intelek, secara teori. Barangkali itu perlu digali dan yang diberikan disini (pelatihan-red) sangat minimal, sangat dasar. Tetapi ini sudah menjadi satu langkah yang bagus. Karena sudah sangat mendalam. Apalagi disini sudah berkumpul para pelatih, yang diutus dari daerah – daerah,”akunya.
Disitulah akan disasar para pelatih ini, yang pada akhirnya akan mengarahkan hal ini dikembangkan di paroki dan di umat. Para pelatih harus lebih mendalami untuk selanjutnya direkomendasikan untuk ada pelatihan tingkat lanjutan dan tidak berhenti sampai disini.
“Karena masih ada hal – hal yang perlu didalami. Sehingga ketika kita mempresentasikan dalam sebuah pelayanan liturgi. Pemahaman kita utuh tidak setengah – setengah,”tuturnya.
Untuk itu butuh minat yang besar dan cinta yang besar terhadap nyanyian ini. Tetapi kemudian harus di perlengkapi dengan pengetahun dan teknik yang akhirnya akan membawa tampilan atau presentasi nyanyian gregorian dalam sebuah paduan suara yang diaplikasikan pada pelayanan liturgi maupun di panggung, yang akhirnya menjadi utuh/all out. Meskipun belum sempurna.
“Kedepannya patutlah lembaga – lembaga pembinaan paduan suara, Pesparani. Bukan hanya menjadikan lagu ini ajang untuk panggung. Tetapi lebih menjadi pembinaan untuk umat. Panggung itu hanya presentasi yang akhirnya harus ke liturgi. Tetapi pembinaan ini harus berkelanjutan dan ada tahap berikutnya. Agar gregorian ini jangan dilupakan,”tukasnya.
Untuk itu dirinya memberikan suport dan semangat kepada LP3K Provinsi Papua. Kegiatan ini menjadi tanda bahwa gereja di Papua hidup dan gereja bangga terhadap apa yang diwariskan yakni harta iman dan kebanggaan itu akan mendorong umat untuk semakin mencintai ekaristi.
“Memang mungkin orang tidak mengerti kata – kata dalam bahasa latin. Tetapi ketika hati terangkat kepada Tuhan dalam sebuah perayaan. Dirinya bisa berubah dan ada rahmat yang bisa mengetuk pintu hatinya terdalam untuk membagikan rahmat yang terima kepada orang lain,”pungkasnya. (Tim media)