Kelurahan Koya Barat Jadi Penyumbang Terbanyak Kasus Positif Malaria
JAYAPURA RadarPagiNews – Dinas Kesehatan Jayapura merilis kasus malaria hingga September 2024 sebanyak 31 ribu kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Ni Nyoman Sri Antari saat Pelaksanaan Rakor dan Evaluasi pelaksanaan deteksi dini, preventif dan respon penyakit (Malaria) Tingkat Kota Jayapura Tahun 2024, Selasa (22/10/2024).
“Kota Jayapura merupakan salah satu kota di Indonesia yang kasus malarianya masih tinggi. Ini karena Kota Jayapura masih ada spot – spot yang masih tinggi kasus malarianya seperti Distrik Muara Tami,” katanya
Ni Nyoman menyebut Muara Tami adalah daerah yang hampir sebagian besar dikelilingi hutan dan rawa. Berbeda dengan daerah Tahima soroma (Kayo Pulo) yang berada di kepulauan.
“Proporsi jumlah kasus positif malaria berdasarkan kelurahan atau kampung dari Januari – September 2024, Kelurahan Koya Barat menjadi penyumbang terbanyak kasus positif malaria dengan jumlah 3.490,”ungkapnya.
Kampung Tahima Soroma menjadi penyumbang paling sedikit kasus positif malaria dengan jumlah kasus sebanyak 10.
Untuk itu Dinkes Kota Jayapura akan menuju ke Eliminasi Malaria tahun 2030. Sehingga perlu dilakukan deteksi dini dan kiat – kiat kegiatan yang komprehensif menuju eliminasi malaria di Kota Jayapura.
“Kita berharap nanti kita bisa menekan kasus malaria dan diperlukan upaya kolaborasi bersama untuk mencapai eliminasi malaria,”tuturnya.
Dirinya berjanji akan melakukan gebrakan dengan deteksi dini melaui kader yang dimiliki sebanyak 245 kader yang aktif.
Khusus di Muara Tami pihaknya telah melakukan berbagai upaya pencegahan dengan cara melakukan fogging, penyemprotan, serta pengisian ikan pemakan jentik di rawa-rawa.
“Kalau kolamnya kecil-kecilan pasti kami timbun, kemudian orang yang sakit itu kami obati. Nah ini kalau kita lakukan secara serentak pasti angka kasusnya ini bisa turun,”jelasnya.
Berdasarkan data yang ada di tahun 2023 terdapat 35 ribu kasus malaria dan di tahun 2024 hingga bulan September tercatat 31 ribu.
“ Datanya masih naik turun seperti gergaji yaa, kalau di bulan September saja 31 ribu kalau tambah tiga bulan kedepan kemungkinan masih di angka yang sama juga,”ujarnya dengan nada khawatir.
Dirinya berharap semua instansi dan klinik yang menangani dapat melaporkan setiap kasus malaria.
“Kalau tidak dilaporkan kita tidak bisa melihat besaran angka malaria sebenarnya. Jadi rumah sakit, klinik, dokter praktek, puskesmas juga melapor bersama – sama semua harus melapor,
Hingga saat ini masih ada dua klinik yang kita kejar tiap bulannya untuk melapor,”tuturnya.
Program TOKEN Tekan Kasus Malaria
Sementara itu ditempat yang sama Ketua Panitia kegiatan sekaligus Kasie P2PM, Yusnita Pabeno dalam sambutannya menjelaskan dalam rangka mencapai target Indonesia bebas malaria tahun 2030, Kemenkes RI terus lakukan upaya Program TOKEN.
“Ini merupakan program upaya percepatan yang dilakukan secara bertahap yakni menurunkan kasus secepatnya melalui program strategi Temukan, Obati, KENdalikan Vektor Malaria (TOKEN).
Program TOKEN diharapkan dapat memberikan dampak signifikan untuk penurunan kasus malaria di Kota Jayapura secara khusus dan di Papua secara umum. (Kesya)
