HIV / AIDS Ancaman Serius bagi Masa Depan Generasi Muda Papua
Oleh : Kristianus Tebai, SKM, M. Kes
Generasi muda penerus bangsa adalah sekumpulan orang dengan rentang usia 16 – 30 tahun. Mereka adalah generasi muda Papua yang akan melanjutkan pembangunan Papua di masa depan. Generasi muda Papua sejatinya harus mengisi hari-harinya secara kreatif dan produktif, lewat karya yang berawal dari hobi seperti menyanyi, fotografi, berkebun, mendaki gunung, dan kegiatan menarik lainnya lewat komunitas atau organisasi sukarelawan.
Kabar buruknya berdasarkan data Dinas Kesehatan Papua hingga Maret 2023 tercatat 51.408 orang yang tertular HIV/AIDS. Jumlah orang yang tertular HIV/AIDS terbesar adalah akibat berganti-ganti pasangan (heteroseksual) tercatat 49.651, artinya generasi muda Papua telah menganut pergaulan bebas yang tidak mengindahkan norma agama dan norma sosial. Kemudian Dinkes Papua mencatat penularan terbanyak kedua HIV/AIDS adalah dari ibu ke anak (melalui ASI), yang mencapai 860 kasus, homoseksual tercatat 237 kasus. Tiga propinsi Papua yang paling banyak terpapar HIV/ AIDS adalah Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan. Kasus HIV/AIDS tertinggi tercatat di Kabupaten Nabire 9.412 kasus, kedua di Kota Jayapura 7.953 kasus, dan Mimika 7.130 kasus, serta di Jayawijaya tercatat 6.883 kasus.
HIV /AIDS Virus yang Serius Melemahkan Imun Tubuh
HIV (Human Imunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) adalah dua virus yang melabrak sistem kekebalan tubuh manusia. HIV berawal menyerang sistem kekebalan tubuh khususnya sel darah putih yang berfungsi sebagai tentara yang menghadang infeksi. Ketika sel darah putih terinfeksi , kekebalan tubuh otomatis serius melemah sehingga penderita terinfeksi dan mudah terserang penyakit lain. Sedangkan AIDS adalah kelanjutan dari HIV, ketika sistem kekebalan tubuh mencapai titik nadir (terlemah) tubuh rentan terkena infeksi yang lebih hebat seperti phenomia (radang paru-paru), tuberkolosis (tb), kanker, dan penyakit berat lainnya.
Penyebaran dan Pencegahan HIV/AIDS
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cairan tubuh pasien seperti darah, semen (cairan putih kental dari penis pria), sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI (Air Susu Ibu). HIV/AIDS tidak ditularkan melalui keringat atau perantara udara (bersin/batuk). Virus HIV/AIDS paling mudah memasuki tubuh lewat hubungan seksual tanpa kondom, berbagi jarum suntik, dan pemberian ASI dari ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui.
Pencegahan HIV/AIDS
Mencegah HIV/AIDS lebih baik daripada mengobati, berikut adalah cara pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS yaitu:
- Setia pada pasangan, dan melakukan hubungan seksual yang aman
Cara paling ampuh mencegah tertular virus HIV/AIDS adalah dengan setia pada pasangan, dan melakukan hubungan seksual yang aman. Kenakan kondom atau kena HIV/AIDS, selain itu hindari juga melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dan orientasi seksual yang berbeda (biseksual, atau heteroseksual). Kondom juga efektif dalam pencegahan penularan penyakit gonore, sipilis (raja singa), hph (kanker serviks), dll.
- Menghindari penggunaan alat pribadi bersama orang lain
Alat pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, sebaiknya tidak digunakan bersama atau berbagi dengan orang lain. Ini untuk menghindari risiko penularan berbagai penyakit infeksi akibat kontak langsung dengan cairan tubuh (air liur, dan darah jika luka terkena pisau cukur) orang lain yang tidak diketahui riwayat penyakit HIV/AIDSnya.
- Menghindari penggunaan berbagi jarum suntik
Penggunaan berbagi jarum suntik bersama merupakan jalur penularan HIV/AIDS tercepat, karena jarum suntik yang digunakan orang lain (pengidap HIV/AIDS) akan menyisakan setitik jejak darah, tentu orang berikutnya yang menggunakan jarum suntik tersebut berpotensi tertular virus HIV/AIDS. Jarum suntik seharusnya digunakan hanya untuk satu kali pakai, kemudian dibuang limbahnya.
- Melakukan sunat untuk pria.
Sunat untuk pria dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Sunat memotong bagian kulup yang menjadi tempat bersarang kotoran pada penis pria, dengan sunat kebersihan penis pria menjadi lebih terjaga. Sunat yang dilakukan oleh pria dapat mengurangi risiko HIV/AIDS hingga 50-60%.
- Menghindari penggunaan obat-obat terlarang
Menghindari penggunaan obat-obat terlarang dapat mencegah seseorang terkena HIV/AIDS. Obat-obat terlarang tersebut memicu seseorang untuk bertindak tidak terkendali (di luar kontrol), seperti berhalusinasi. Pada fase tidak terkendali, orang tersebut bisa dengan mudah melakukan hubungan seksual yang tidak aman, tanpa menggunakan kondom dan berpotensi tertular atau menularkan HIV/AIDS.
- Rutin melakukan skrining tes HIV
Skrining HIV adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus HIV. Tes ini sangat penting untuk dilakukan, karena HIV dapat menyebabkan penyakit AIDS yang fatal akibatnya. Skrining HIV biasanya menggunakan darah atau cairan tubuh lainnya untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Beberapa jenis skrining tes HIV antara lain:
- Test anti bodi, adalah tes skrining HIV yang paling umum. Tes ini mendeteksi anti bodi terhadap HIV yang merupakan protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Tes antobodi dapat mendeteksi HIV dalam waktu 3-12 minggu setelah terjadi infeksi.
- Tes antigen, tes ini mendeteksi antigen dan antibodi HIV. Antigen adalah bagian dari virus HIV yang dapat dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Tes antigen biasanya dapat mendeteksi HIV dalam waktu 1-2 minggu setelah infeksi.
- Tes virologis, adalah tes skrining HIV yang mendeteksi virus HIV secara langsung. Tes ini digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining HIV yang terbaca positif.
- Terbuka dengan pasangan
Berdiskusi dengan pasangan dan terbuka tentang riwayat penyakit masing-masing dapat mencegah seseorang terkena HIV/AIDS. Seseorang suami yang aktif secara seksual selain dengan istrinya, atau bergonta-ganti pasangan dapat menularkan HIV/AIDS kepada istri dan calon anak dalam kandungan istrinya.
Selain itu beberapa faktor penyebab penyebaran penyakit HIV/AIDS di Papua adalah:
- Tingginya tingkat migrasi penduduk dari luar Papua ke Papua, terutama pekerja laki-laki yang bekerja di sektor pertambangan dan perkebunan.
- Rendahnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV/AIDS. Banyak penduduk Papua yang belum mengetahui bahwa HIV/AIDS menyebar cepat melalui cairan darah, sperma, semen, cairan vagina, serta cairan anus.
- Masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
ODHA sering dikucilkan dalam pergaulan, kesulitan mendapat pekerjaan, kesulitan mengakses pendidikan, dan kesulitan mengakses layanan kesehatan , selain itu ODHA rentan mengalami diskriminasi dari masyarakat yang pengetahuan tentang HIV/AIDS keliru, misalnya HIV/AIDS menular melalui jabatan tangan, keringat, atau perantara udara (bersin/batuk).
Pengobatan HIV/AIDS dengan Antiretroviral (ARV)
Belum ada obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS, namun ilmu kedokteran telah menemukan pengobatan efektif yang dapat mengendalikan virus HIV/AIDS dan mengurangi risiko penularan kepada orang lain. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat mengkonsumsi obat terapi antiretroviral (ARV) yang membuat virus dalam tubuh mereka terkendali , kualitas hidup mereka juga dapat terjaga seperti masyarakat yang bugar pada umumnya. Terkena HIV/AIDS bukan akhir dari kehidupannya, semangat hidup mereka masih bisa dibangun dengan rutin mengkonsumsi obat anti retroviral (ARV). Lebih baik mencegah HIV/AIDS daripada berjuang mengobatinya. Ayo lakukan gaya hidup sehat mulai sekarang! (Penulis adalah Direktur RSUD Intan Jaya)