Ada Kedai Enggo Asatouw di Baku Timba Festival
SENTANI RadarPagiNews – Siapa bilang di Festival Baku Timba tidak ada anak muda asli Papua yang ikut ambil bagian di dalamnya.
Diantara sekian puluh kedai yang digelar di ajang food street yang dimulai sejak tanggal 24 Januari hingga 11 Februari mendatang di pelataran halaman Stadion Lukmen Papua Bangkit, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura. Ada satu tenda yang menarik untuk dikunjungi yakni Kedai Enggo Asatouw. kedai ini adalah satu – satunya kedai yang dikelola oleh anak asli Papua.
Kedai bernomor 10 itu menjajakan berbagai macam pangan local khas Papua seperti, papeda panas plus ikan goreng saos, ikan kuah kuning (mujair dan gabus-red), singkong tumbuk, papeda bungkus serta aneka cemilan, minuman soft drink dan juice buah. Ada juga siomay bandung yang enak rasanya.
Kepada kami, Hesty Imelda Kere yang dibantu dua orang karyawannya mengaku jika sedang ramai, bisa 20 – 30 pengunjung yang datang. Dengan untung per hari sebesar Rp. 300 – 400 ribu. Omset atau modal awalnya berkisar Rp.2,5 juta.
“Baru empat hari dibuka, saya sudah untung Rp. 3,5 juta. Tetapi ini belum kembali modal, karena kami harus membawa sewa tenda dari panitia sebesar Rp. 5,5 juta selama Baku Timba ini digelar,”akunya.
Keikutsertannya di ajang ini sebenarnya ingin mencari pengalaman sebagai seorang anak asli Papua dari Sentani.
“Anak – anak Papua mari melihat sektor ekonomi real yang ada, dengan mencoba ide bisnis kita atau naruli bisnis kita untuk bisa berusaha lebih baik lagi. Sebenarnya bagi saya ingin mencari pengalaman, masukkan yang berkaitan dengan bisnis saya dan juga tentunya mencari keuntungan dari momen ini,”ungkapnya.
Pasalnya sepanjang yang dipelajarinya, sebagai seorang anak asli Bumi Cenderawasih, dirinya lebih menyukai menjajakan makanan khas daerahnya.
Walaupun pada satu sisi diakuinya belum begitu banyak peminat. Tetapi di sisi lain ada juga pengunjung yang suka makanan khas Papua.
“Saya harus katakan, Papeda bungkus bersaing dengan Korean food itu ibarat langit dan bumi. Tetapi kenapa tidak. Makanan Papua juga punya cita rasa tersendiri dan itupun harus kita bisa sandingkan dengan makanan dari luar seperti western food. Pasti punya daya Tarik dan bisa punya daya saing. Kalau kita kemas dengan baik,”ujarnya penuh rasa optimis.
Seraya melontarkan pengalamannya bersama Charles Toto seorang jungle chef asal Papua yang bisa membuat sandwich berbahan dasar sagu.
“Kenapa tidak Kak Charles Toto ajari kita UMKM – UMKM anak asli untuk bersaing dengna western food yang ada. Tetapi berbahan dasar sagu, karena ini yang kita punya,”sarannya lagi.
Minat Orang Papua Minim ?
Kembali dirinya bercerita kalau di baku timba festival edisi Celebration ini, hanya dirinya sendiri yang anak Papua asli yang ikut ambil bagian. Diantara sekian banyak kedai, yang mayoritas didominasi saudara – saudara dari Nusantara.
Hanya saja dirinya mengambil dari sudut positifnya. Imel mengaku di event ini, mendapat pengalaman baru. Dimana antar sesama penjual bisa saling mengintip apa saja yang bisa menggembangkan usaha kedainya.
Namun diakuinya harus ada ruang khusus untuk anak – anak Papua. Apalagi event baku timba ini sudah sering dilakukan dan ini menjadi trend di kalangan anak muda. Ketika duduk nongkrong, ngopi ada tempatnya. Sesuai isi kantong anak muda.
“Alangkah baiknya di event ini ada special edition untuk anak – anak muda UMKM Papua biar kolaborasinya lebih mantap lagi,”sarannya.
Dalam artian di session penjualan baku timba ini yang bisa di kolaborasi antara UMKM Papua dan UMKM Non Papua biar ada persaingan yang sehat dan bisa digunakan untuk saling mengisi apa yang dibutuhkan. Misalnya dari sisi packing-an atau kemasannya yang bisa meningkatkan bisnis-nya.
Imel yang juga menjalani profesinya sebagai seorang jurnalis di salah TV local Papua ini, berharap untuk kedepannya kepada sesama orang muda Papua.
“Kita boleh bilang, kitong anak Papua. Ini kitong punya tanah. Tapi mari ko (kamu/kalian-red) berperan aktif, untuk ko ada di momen ini. Ko harus bisa menunjukkan, okelah saudara kita dari Jawa dengan makanan Korean Foodnya. Tapi saya ada, saya anak Papua ada di stand sebelah. Dengan saya sajikan makanan khas Papua. Packing-nya saya mungkin tidak seberapa. Tetapi kedepan, saya akan membuat jauh lebih baik,”tuturnya.
Hesty Imelda kembali mengajak untuk UMKM muda Papua terlibat langsung di momen bagus ini. Jangan hanya melihat momen baku timba hanyalah ajang biasa saja. Sebenarnya ini peluang.
“Kita saja yang belum mencari jalur – jalur untuk kita bisa ada di momen seperti ini. Datang, ikuti untuk rasakan bagaimana serunya ketika banyak pengunjung datang membeli kita punya barang dagangan. Terus ketika sepi, apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita benahi. Supaya jualan kita ini bisa mengundang orang datang untuk membeli. Yukk.. semangat untuk mencari cuan,”tutupnya dengan tawa lepas. (Redaksi)